Selasa, 20 Mei 2008

Lawang Sewu

Lawang Sewu dari kejauhan

Lawang Sewu dilihat dari Jl Pemuda

Lawang Sewu, satu objek wisata yang menurut saya dan suami paling menarik, bukan hanya karena sejarahnya, tapi juga karena arsitektur bangunannya. Meski kurang terawat, tapi bangunan yang dibangun pada tahun 1863 ini masih terlihat kokoh. Dengan uang Rp 5000,- kita bisa berjalan-jalan di dalamnya, kalau kita maupun, ada pemandu yang bersedia menemani kita tuk memasuki tiap sudut Lawang Sewu yang artinya Seribu Pintu dan menjabarkan panjang lebar tentang bangunan yang telah diambil alih oleh PJKA. Tarifnya ? Suka rela saja. Begitu kami mendekati pintu masuk dimana terdapat meja kecil tempat membayar uang masuk, salah satu mas-mas yang sedang duduk di situ bertanya,
Mas-mas : "Maaf yah, si mbaknya mau liat2 ke dalam ?"
Saya : "iya"
Si mas : "sama anaknya" (sambil menunjuk Aurele yang sedang tertidur dengan heran)
Saya : "betul, jangan takut mas, saya dan suami yang angkat baby strollernya, kami udah
biasa kok"
Si mas : Bismillahirrohmanirrohim, wstwwststwtwttwsssssss (kayak nggumam gitu)

Saya yang menangkap gelagat aneh dari si mas, langsung membaca ayat kursi dalam hati ketika menjejakkan kaki ke dalam bangunan tua itu. Kesan mistik langsung tercipta dengan dukungan kesan tua yang langsung terlihat di bagian interior, tambahan lagi dengan cahaya yang agak redup di salah satu sudut yang dulunya dipakai sebagai kantor n pastinya ingatan tentang di dekat pintu masuk itu adalah tempat dimana para pejuang Indonesia dulu disiksa n dibunuh tentara Jepang membuat jantung saya berdetak lebih kuat dari biasanya. Tapi niat saya baik, cuman ingin melihat bukti sejarah bangsa Indonesia, tidak untuk mengganggu, itulah kata2 yang saya ucapkan dalam hati.

Ngalor ngidul obrolan saya dengan si mas. Dari dialah saya tahu bahwa si Lawang Sewu ini suka digunakan sebagai tempat pameran, seperti mebel, lukisan, bahkan pagelaran busana Anne Avantie beberapa hari sebelumnya. Tidak sedikit juga orang yang datang di malam hari atau bahkan dinihari untuk menguji keberanian walaupun banyak yang lari tunggang langgang atau bahkan pingsan setelah melihat hal2 gaib. Makanya, mereka mengadakan ritual special atau sesajen sebelum mengadakan suatu acara. Orang Semarang sendiri gak banyak mengunjungi salah satu objek wisata unggulan kota Semarang ini, lebih banyak orang dari Yogyakarta, Malang atau Jepara yang datang. Angin sepoi2 menemani jalan2 kami di lantai 2 Lawang Sewu. Kami tidak pergi ke lantai 3 karena terlalu banyak tangga yang harus dilewati.

Ada 3 bangunan yang termasuk Lawang Sewu. 1 bangunan utama yang kami kunjungi, lalu ada juga bangunan yang ukurannya jauh lebih kecil yang merupakan tempat pembelian tiket (masih terlihat alat pencetak tiketnya dari luar), dan 1 bangunan lagi yang digunakan sebagai kantor lagi yang dibangun pada tahun 1918 (kalau saya tidak salah).

Pintu masuk utama
Lantai 1 dan mezzanine
Salah satu koridor di lt 3

Kaca patri yang masih utuh dan cantik

Pohon mangga yang sangat rimbun ini usianya sudah 53 tahun. Konon tidak ada satupun orang yang pernah memotong dahan atau rantingnya. Kebayang gak kalo lagi panen musim mangga ?
Dilihat dari bagian tengah

Kamar tidur dengan pintu penghubung dengan kamar lain dari ujung satu ke ujung lainnya

Kebayangkan waktu dulunya sperti bagaimana ? Cantik pastinya ...

Smoga saja fungsi Lawang Sewu dapat dioptimalkan lagi. Smoga saja salah satu bukti sejarah Indonesia ini tidak punah karena minimnya perawatan. Semoga ......

8 komentar:

mama icel mengatakan...

duh aku belum pernah kesana..padahal kalu tiap ke semarang pasti lewat secara misuaku asli semarang walaupun udah pindah ke magelang...mungkin next time aku sempetin deh (kalau gak takut)

Mama Shahira dan Syafiq mengatakan...

bagus banget yaa.. aku belum pernah kesana.. nanti kapan2 pingin juga ke sana..

Mama Ben mengatakan...

wh aku belom pernah kesitu tuh jeng...kepengen deh....
padahal dulu suka ke semarang oh, kok ga pernah mampir ya aku....sedih deh
sayang ya jeng kurang terawat keknya ya....
thanks foto2nya bagus2,...

dwiwoelan mengatakan...

waduhJeng..Zaman sekarang aja masih keliatan megah ya Gedungnya, gimana dulu? kapan2 wisata kesana kali ya..selain lawang sewu ada tempat wisata apa yang menarik?

Andri Journal mengatakan...

Denger lawang sewu yg kebayang pertama kali mesti angkernya.Dulu lokasi itu pernah dipakai sebagai tempat syuting acara "Dunia Lain" yg disiarkan oleh Trans TV.
Oh iya,foto2nya bagus lho..Jd pengin kesana. ^_^

Anonim mengatakan...

Lawang sewuu heheh..emang bagus yaa sayang ngga dirawat lg tapi bener jg kesan angkernya ada gt hihi kata org banyak hantunya kaannn hihi mitos seehh...

aku dulu pernah kesana tapi ngga semua lawang aku masukin capek booo hahaha...

Anonim mengatakan...

Ry kok ikut deg2an ya bacanya, serasa mistiknyaikut ada di foto2 ArY hehehe

Pintunya emang banyak ya? ada 1000? Pasti besar sekali ya...

Kalo dirawat pasti ga kalah dengan chateu2 di sini.

astrid savitri mengatakan...

Ternyata gak seangker kisah-kisahnya ya..

Then, this will be a-must-place to visit next time I go to Semarang.